Oleh: Anindhita Syahbi Syagata, S.Gz., MPH
Maraknya fenomena cuci darah yang terjadi belakangan, tentu membuat banyak pihak khawatir. Walau pihak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengonfirmasi bahwa banyak penyebab dari kejadian penyakit ginjal yang diderita oleh anak-anak, hal tersebut harus tetap diwaspadai oleh orang tua. Penyakit ginjal sendiri memang bermacam-macam antara lain batu ginjal, peradangan bagian ginjal tertentu, gagal ginjal, autoimun, dan lainnya. Kembali ke kasus tersebut, beberapa anak dikonfirmasi menjalani cuci darah akibat makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Anjuran konsumsi natrium
Lalu, bagaimana anjuran konsumsi makanan yang berpotensi mengakibatkan terjadinya penyakit ginjal? Kandungan makanan yang penting diperhatikan untuk menjaga kesehatan ginjal, salah satunya adalah natrium. Mineral tersebut utamanya ditemukan di garam (natrium klorida) dan mempunyai nama lain sodium. Berbagai makanan kemasan menggunakannya untuk meningkatkan rasa dan juga untuk pengawet. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2019, kecukupan natrium harian untuk anak usia 1-3 tahun sebanyak 800 mg, anak usia 4-6 tahun sebanyak 900 mg, anak usia 7-9 tahun 1.000 mg, remaja laki-laki usia 10-12 tahun sebanyak 1.300 mg, remaja perempuan usia 10-12 tahun sebanyak 1.400 mg, remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 1.500 mg (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Jika 1 sendok teh garam itu setara dengan 2 g atau 2.000 mg natrium, maka untuk anak2 dibutuhkan kurang dari 1 sdt.
Walau pemenuhan banyak didapat dari garam yang ditambahkan pada sayur maupun lauk-pauk, namun faktanya seseorang dapat mengasup natrium lebih banyak dari sumber makanan jajajan, seperti pizza, burger, mie instan, kentang goreng, dan berbagai makanan lainnya. Sumber natrium juga tidak hanya terdapat pada makanan namun juga minuman kemasan.
Peran orang tua
Bagi para orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan lagi makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh buah hati. Untuk makanan dan minuman kemasan, kandungan natrium dapat dilihat dari informasi nilai gizi yang ada di kemasan. Sebagai contoh, kandungan natrium pada mie instan dengan semua bumbu yang dimasukkan adalah lebih dari 1.000 mg. Artinya, jika anak berusia 7-9 tahun, makan 1 porsi sudah melebihi anjuran konsumsi harian. Apalagi jika mengkonsumsi makanan asin lainnya dalam 1 hari yang sama. Orang tua perlu tegas dalam mengatur makan anak dengan kandungan natrium yang tinggi, dapat dibatasi hanya 2-3x per bulan. Alternatif lain yang dapat dilakukan juga menggunakan hanya sedikit bumbu atau dapat membuat bumbu yang lebih “sehat” dengan kandungan gizi yang orang tua ketahui. Orang tua juga dapat memberikan makanan sumber kalium, magnesium, dan kalsium sebagai zat gizi yang membantu pengeluaran natrium (Farapti et al., 2022). Sumber tersebut antara lain pisang, bayam, brokoli, jamur, kacang polong, timun, susu. Para orang tua juga harus tetap berupaya untuk memberikan kecukupan konsumsi sayur dan buah mengandung serat yang baik untuk pencernaan dan pembuluh darah setiap hari. Tentu juga, jangan lupa mengonsumsi air putih kurang lebih 8 gelas atau 2-liter setiap hari.
Semoga buah hati kita sehat selalu, Aamiin.
Source of img : Freepik
Daftar Pustaka
Farapti, F., Buanasita, A., Atmaka, D. R., Setyaningtyas, S. W., Adriani, M., Rejeki, P. S., Yamaoka, Y., & Miftahussurur, M. (2022). Potassium intake is associated with nutritional quality and actual diet cost: A study at formulating a low sodium high potassium (LSHP) healthy diet. Journal of Nutritional Science, 11(3), 1–9. https://doi.org/10.1017/jns.2021.104
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1221/garam-antara-rasa-gurih-makanan-atau-gangguan-tekanan-darah.