Oleh : Nor Eka Noviani, S,Gz., MPH

Kegiatan berpuasa menjadi pilihan banyak orang untuk melakukan program penurunan berat badan. Agama Islam sendiri memiliki aktivitas penuh berpuasa selama satu bulan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia bagi umat islam, bulan yang suci, penuh dengan kebaikan dan ampunan. Kewajiban puasa di bulan Ramadhan terdapat dalam Surah Al  Baqarah 183 “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Banyak manfaat yang kita peroleh, tidak hanya dari segi spiritual, namun juga secara fisik dan mental. Kebiasaan baik saat puasa dapat dilanjutkan setelah puasa ramadhan usai. Berbekal perilaku makan yang baik selama puasa Ramadhan diantaranya menahan lapar dan dahaga dari waktu sahur hingga berbuka, sekitar 13 jam. Kedua, mengurangi asupan makan dan yang terakhir adalah pola makan terjadwal. Banyak penelitian tentang manfaat puasa bagi kesehatan. Pembatasan kalori telah terbukti dalam pencegahan penyakit degeneratif (diabetes melitus tipe 2, jantung, stroke, dsb) serta peradangan kronis (peradangan saluran cerna). Penelitian di Okinawa Jepang menyebutkan efek positif pengurangan energi berkaitan dengan peningkatan usia harapan hidup.

Apa yang terjadi pada tubuh kita saat berpuasa?

Selama berpuasa, terjadi proses detoksifikasi di dalam tubuh. Terdapat mekanisme pembersihan diri yang dilakukan ketika tubuh berpuasa. Ibarat mesin produksi, mesin diservice untuk meningkatkan performanya.  Bagi tubuh, sel yang rusak diganti (dimakan=autophagy) dan diganti dengan sel yang baru. Setiap sel dilengkapi dengan mekanisme pemeliharaan (autophagy) untuk mendaur ulang bahan yang habis dan membuang organel  rusak melalui degradasi lisosom. Autophagy adalah respons seluler tahap awal terhadap rangsangan stres baik dalam situasi fisiologis maupun patologis. Banyak jaringan baru terbentuk, sistem tubuh menjadi efektif, sel yang tidak diperlukan dibuang sehingga tubuh lebih sehat. Puasa Ramadhan juga berkaitan secara positif dengan suasana hati. Perubahan pola makan dapat meningkatkan ketersediaan neurotransmitter di dalam otak yang dapat bermanfaat dalam peningkatan mood seseorang serta fungsi kognitif. Hormon serotonin, salah satu jenis neurotransmitter akan meningkat di dalam darah yang menekan depresi dan kecemasan. Ibadah puasa tanpa diimbangi dengan pola makan sehat justru meningkatkan berat badan seseorang. Pola makan terjadwal ketika berbuka dan sahur selama 30 hari membuat sistem tubuh beradaptasi. Ritme sirkadian atau jam biologis tubuh berubah karena banyak aktivitas yang dilakukan di malam hari, jam tidur pun akan berkurang. Dengan kualitas tidur yang baik, pola makan terjadwal dan seimbang serta beraktivitas fisik  justru memberikan efek yang positif terhadap fisiologi tubuh. Menjaga kebiasaan baik dalam perilaku makan selama bulan ramadhan dapat dilanjutkan pada bulan berikutnya. Istilah intermittent fasting sebagai salah satu metode diet dalam menurunkan berat badan, menjaga kesehatan secara spiritual, dan meningkatkan kesehatan. Simak penjelasannya di artikel selanjutnya, ya!

image source: kemenkes